Sesungguhnya, para penyelidik hingga
saat ini masih belum mencapai kesepakatan tunggal tentang asal-usul bahasa.
Diskusi tentang asal-usul bahasa sudah dimulai ratusan tahun lalu, Malahan masyarakat
linguistik Perancis pada tahun 1866 sempat melarang mendiskusikan asal-usul
bahasa. Menurut mereka mendiskusikan hal tersebut tidak bermanfaat, tidak ada
artinya karena hanya bersifat spekulasi.
Penelitian Antropologi telah
membuktikan bahwa kebanyakan kebudayaan primitif meyakini keterlibatan Tuhan
atau Dewa dalam permulaan sejarah berbahasa. Teori-teori ini dikenal dengan
istilah divine origin (teori berdasarkan kedewaan/kepercayaan) pada pertengahan
abad ke-18. Namun teori-teori tersebut tidak bertahan lama. Teori yang agak
bertahan adalah Bow-wow theory, disebut juga onomatopoetic atau echoic theory
Menurut teori ini kata-kata yang pertama kali adalah tiruan terhadap bunyi
alami seperti nyanyian ombak, burung, sungai, suara guntur, dan sebagainya. Ada
pula teori lain yang disebut Gesture theory yang menyatakan bahwa isyarat
mendahului ujaran
Teori-teori yang lahir dengan
pendekatan modern tidak lagi menghubungkan Tuhan atau Dewa sebagai pencipta
bahasa. Teori-teori tersebut lebih memfokuskan pada anugerah Tuhan kepada
manusia sehingga dapat berbahasa. Para ahli Antropologi menyoroti asal-usul
bahasa dengan cara menghubungkannya dengan perkembangan manusia itu sendiri.
Dari sudut pandang para antropolog
disimpulkan bahwa manusia dan bahasa berkembang bersama. Faktor-faktor yang
mempengaruhi perkembangan manusia menjadi homo sapiens juga mempengaruhi
perkembangan bahasanya. Dengan kata lain, kemampuan berbahasa pada manusia
berkembang sejalan dengan proses evolusi manusia. Perkembangan otak manusia mengubah
dia dari agak manusia menjadi manusia sesungguhnya. Hingga akalnya manusia
mempunyai kemampuan berbicara. Pembicaraan tentang asal-usul bahasa dapat
dibicarakan dari dua pendekatan, pendekatan tradisional dari modern para ahli
dari beberapa disiplin ilmu masing-masing mengemukakan pandangannya dengan
berbagai argumentasi. Diskusi tentang hal ini hingga sekarang belum menemukan
kesepakatan, pendapat mana dan pendapat siapa yang paling tepat.
Banyak definisi tentang konsep bahasa yang
dinyatakan para ahli bahasa. Pada umumnya definisi tersebut berpendapat bahwa
bahasa adalah alat komunikasi yang bersifat arbitrer dan konvensional,
merupakan lambang bunyi. Hal inilah yang kemudian disebut sebagai ciri-ciri
bahasa, yaitu (1) bahasa itu adalah sebuah sistem, (2) bahasa itu berwujud
lambang, (3) bahasa itu berupa bunyi, (4) bahasa itu bersifat arbitrer, (5)
bahasa itu bermakna, (6) bahasa itu bersifat konvensional, (7) bahasa itu
bersifat unik, (8) bahasa itu bersifat universal, (9) bahasa itu bersifat produktif,
(10) bahasa itu bervariasi, (11) bahasa itu bersifat dinamis, (12) bahasa itu
bersifat manusiawi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar